Di-Ujung.

Ku kira, awal tahun akan menjadi tahun dengan banyak perubahan untuk menjadi lebih baik. Tidak ku sangka, baru saja start banyak yang membuat gw betul-betul kecewa, kesal bahkan kalau di bilang stress bisa juga.

Entah, gw pernah mention  tentang niat gw untuk resign atau nggak di blogg ini. Intinya, gw sudah berencana dan merencanakan untuk keluar dari zona nyaman yaitu resign. Sudah 7 tahun lebih gw berkarir di sebuah perusahaan penerbit lama, tapi dua tahun terakhir ini membuat gw sudah mulai buntu dan tidak nyaman.

Tidak nyaman disini karena gw merasa sudah sangat bosan dengan rutinintas yang berulang dengan masalah yang itu-itu-saja. Jalan keluarnya? Tidak jelas kemana. Karir yang flat, disitu-situ aja. Perkembangan juga gitu-gitu aja. 

Desember 2021, sudah ancang-ancang dan mulai rajin lagi mengirimkan surat lemaran ke berbagai perusahaan dengan posisi sebagai Graphic Design. Ya, tujuan dan fokus gw adalah untuk di posisi tersebut. Berbulan-bulan mencari yang cocok dan sesuai kriteria tidak mudah. Apalagi dalam kondisi pandemi covid-19 belum juga selesai. Januari-Februari 2022, masih terus berusaha mencari dan kirim CV. Dua perusahaan terakhir yang gw kirim lamarannya, dua perusahaan itulah yang langsung merespond dan menghubungi. Ketika melihat email masuk untuk interview, rasanya seperti melihat pintu-pintu disana terbuka. Membawa gw untuk lebih optimis dan kebahagiaan. Gimana gak bahagia, umur yang hampir 29 tahun ini mencoba hal baru untuk perubahan baru, tiba-tiba kebuka pintu harapannya. Kedua perusahaan ini adalah perusahaan dalam bidang "perbukuan". Satu, adalah kompetitor perusahaan gw. Dua, adalah sebuah perusahaan mencetak buku-buku agenda. Kedua nya membuat gw mulai tertantang untuk perubahan baru ini. 

Sebetulnya catatan jurnal kali ini bukan ngomongin betapa excited nya gw dengan hal di atas tapi lebih ke apa yang gw rasa dan kelaurin semua emosi gw selama itu ketika berproses.

Awalnya, berita baik diatas gak mau gw share ke keluarga, terutama orangtua. Entah gimana, ternyata keraguan-keraguan itu benar adanya. Harusnya gw tahan dulu, ternyata gak bisa. Ketika berita diatas gw share ke mereka, respon awal, seperti mendukung. Tapi...lama-lama keliatan nya mereka banyak khawatir dan ketakutan. Bahkan yang gw rasa, mereka tidak se-support itu. Apalagi dari bokap, entah gimana, kenapa beliau yang semangat akan hal ini terutama dalam hal gaji. Ya, mereka suka memberikan beberapa ide untuk jawaban interview nanti. Coba begini, coba begitu, ini, itu, ina, ini~ Saking semangatnya, mungkin mereka tidak tahu posisi dan perasaan gw seperti apa. Tujuan gw resign itu apa, mungkin mereka tak sepenuhnya tau. Gw mencoba untuk menjelaskan, tak sepenuhnya mereka mendengar. Mulai itu, gw mencoba menarik diri untuk tidak overshare masalah interview ini akan bagaiman. Keputusan yang bagaimana akan gw ambil, juga tidak gw share.

Tau gak, dari dua perusahaan ini, ada satu perusahaan yang rasanya gw udah klik banget sama mereka. Tanpa berpikir panjang dan modal insting. Dengan gaji yang sama, pekerjaan yang fokus dengan satu hal, work-life-balance nya ada, dan tempat yang sangat dekat bahkan bisa jalan kaki gw rasa... Coba? Se-happy apa gw nantinya? Nemu tempat seperti ini? Bahkan HR nya seperti memberikan kesempatan "ayo coba kesini", seperti itu lah. Gw tinggal. Ya, kesempatan ini gak gw ambil. WHY? Gara-garanya gw udah keburu kecewa banget dan marah banget dengan respond orangtua gw. Respond bokap gw yang berkali-kali bilang, "pikir lagi matang-matang" tanpa tau 100% perasaan gw seperti apa dan apa tujuan gw resign dari perusahaan lama! Lho, kan bokap lo cuma bilang "pikir lagi matang-matang"? Masa lo langsung ngambil keputusan gitu aja? Jawabannya: KESAN BOKAP GW SEPERTI TIDAK MENGIZINKAN. Itu aja, sudah sangat jelas kok. Dari cara beliau bicara juga, gw udah paham maksud beliau. Tapi dengan cara nutup-nutuin pake kata-kata "matang" tadi. Insting gw bilang begitu juga.

Tau lah ya sekarang perasaan gw gimana... Gw udah sangat stress dengan hal begini. Banyak sekali argumen yang bahkan banyak tidak cocoknya, terutama dengan beliau. Gw sebetulnya paham kenapa bisa begini, karena kita beda generasi beda zaman. Seharusnya beliau bisa lebih open-mind dengan segala hal. Lebih bisa mendengarkan itu sudah lebih dari cukup buat gw.

Hari ini adalah ujung dari semua rasa yang buruk. Sampai pada akhirnya gw marah sendiri dan rasanya pengen banting-banting / lempar barang. Dan kejadian itu terjadi, tepat sore tadi setelah gw kepelest di rumah, beres ngambil jemuran bareng ade gw. Dan mereka berdua melihat kejadian itu, dan melihat betapa gw marah dan kesel, refleks tangan gw lempar itu semua baju, banting sendal yang ada disitu dan banting pintu kamar gw. Gw banting lagi barang-barang yang ada di kamar. Tentu, gw nangis dan bilang "capek. gw capek."..lebih parahnya lagi, suicide terlintas di kepala gw.

Dari kejadian diatas, pada akhirnya gw capek dan ketiduran. Bangun-bangun, baru sadar tangan gw luka robek dikit ga tau kena apa.

Comments

Popular Posts